Yuk Ikutin Kami Juga di Intagram @mediakebaikan cek yuk...

Prinsip-Prinsip Memperoleh Keikhlasan ( Kitab Al-Lama'at, Karya Ulama Turki Said Nursi )

Kolaborasi Dalam Kebaikan

Prinsip-Prinsip Memperoleh Keikhlasan

Wahai saudara-saudaraku! Sesuatu urusan kebaikan yang penting dan besar selalu dihadang oleh banyak penghalang yang berbahaya. Setan berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menghadang para pengabdi dalam pengabdian itu. Karenanya, perlu bersandar pada keikhlasan terhadap rintangan dan setan tadi. Maka dari itu, hindarilah berbagai hal yang bisa menghilangkan keikhlasan sebagaimana engkau menghindari kalajengking dan ular. Nafsu ammârah sama sekali tidak bisa dipercaya sesuai dengan ucapan Nabi Yusuf as dalam al-Qur’an:

 وَمَاۤ أُبَرِّئُ نَفۡسِیۤۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوۤءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّیۤۚ  

“Aku tidak menyatakan diriku bebas dari kesalahan. Sebab, sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada keburukan, kecuali (nafsu) yang dikasihi oleh Tuhanku.” 

(QS. Yûsuf [12]: 53)

Jangan sekali-kali engkau tertipu oleh egoisme, kesombongan, dan nafsu yang selalu mendorong kepada keburukan. 

Prinsip-prinsip Keikhlasan Untuk bisa mencapai dan memelihara keikhlasan, serta untuk menghilangkan segala penghalangnya, jadikanlah beberapa prinsip berikut sebagai semboyanmu:

Prinsip Pertama

Hanya mengharap ridha Allah dalam beramal. Apabila Allah SWT sudah ridha, biar pun seluruh alam berpaling tidak menjadi masalah. Kalau Allah sudah menerima, biar pun semua manusia menolak tidak akan berpengaruh. Setelah Dia ridha dan menerima amal kita, jika Dia berkehendak dan sesuai dengan hikmah-Nya, Dia menjadikan manusia menerimanya meskipun tanpa kalian minta. Karena itu, ridha Allah sajalah yang seharusnya menjadi tujuan utama dalam pengabdian ini.

Urgensi Persatuan dan Keikhlasan dalam Beramal

Prinsip Kedua

Tidak mengkritik saudara-saudara yang mengabdi pada alQur’an serta tidak membangkitkan kedengkian mereka lewat sikap bangga diri dan perasaan lebih unggul. Karena sebagaimana kedua tangan manusia tak pernah bersaing, kedua matanya tak pernah mengkritik, lisannya tak pernah menentang telinganya, kalbunya tidak pernah melihat aib jiwanya. Tetapi masing-masing saling melengkapi kekurangan yang lain, menutupi aib yang lain, serta berusaha membantu dan menolongnya. Jika tidak, kehidupan tubuh itu pun menjadi rusak, mati, dan berantakan.

Contoh lainnya adalah antara gerigi dan roda pabrik yang tak pernah bersaing, tak pernah saling mendahului, dan tak pernah saling menimbulkan kerusakan lewat kritikan, tindakan yang menyakiti, serta mencari aib dan cacat. Selain itu, yang satu tidak berusaha untuk menghentikan kerja lainnya. Tetapi mereka saling membantu seoptimal mungkin guna mengarah pada tujuan yang diharapkan. Sehingga semuanya berjalan sesuai fungsinya dengan saling mendukung dan saling beriringan. Jika ada unsur asing yang masuk ke dalamnya, meskipun hanya sebesar biji atom, maka pabrik itupun akan mengalami kerusakan. Dan si pemilik akan segera membongkar pabrik itu secara keseluruhan.

Wahai para murid Nur serta para pelayan al-Qur’an! Kita semua merupakan bagian atau organ dalam sosok maknawi yang layak disebut dengan “insan kamil” (manusia sempurna). Kita semua berposisi sebagai gerigi dan roda pabrik yang sedang merajut kebahagiaan abadi di kehidupan yang kekal nanti. Kita adalah para pelayan yang bekerja dalam sebuah “perahu rabbani” yang membawa umat Muhammad ke pantai keselamatan; Dârussalâm (tempat kedamaian). Kalau begitu, kita sangat membutuhkan adanya persatuan, kerja sama, dan rahasia keikhlasan yang mengantarkan pada kekuatan maknawi senilai seribu seratus sebelas (1111) sebagai hasil kerja empat orang.

Ya, jika tiga “huruf alif” tidak bersatu, maka nilainya hanya tiga. Tetapi manakala bersatu dan bekerja sama lewat rahasia bilangan, nilainya akan menjadi seratus sebelas (111). Demikian pula dengan empat angka empat. Kalau masing-masing angka empat (4) ditulis secara terpisah, totalnya hanya berjumlah enam belas (16). Tetapi jika angka-angka tersebut menyatu lewat rahasia persaudaraan, serta tujuan dan misi yang sama dalam satu baris, ia akan senilai empat ribu empat ratus empat puluh empat (4444). Ada banyak peristiwa dan kejadian sejarah yang membuktikan bahwa enam belas orang yang saling bersaudara, bersatu, dan berkorban, berkat keikhlasan yang penuh, maka kekuatan maknawi mereka bertambah menjadi senilai dengan empat ribu orang.

Rahasianya adalah sebagai berikut. Setiap orang dari sepuluh orang yang benar-benar menyatu bisa melihat dengan mata saudara-saudaranya yang lain serta bisa mendengar dengan telinga mereka. Dengan kata lain, seolah-olah masing-masing mereka memiliki kekuatan maknawi dan kemampuan untuk melihat dengan dua puluh mata, berpikir dengan sepuluh akal, mendengar dengan dua puluh telinga, serta bekerja dengan dua puluh tangan.

Kekuatan Terletak pada Kebenaran dan Keikhlasan

Prinsip Ketiga

Ketahuilah bahwa kekuatan kalian seluruhnya ada pada keikhlasan dan kebenaran. Ya, kekuatan terletak pada kebenaran dan keikhlasan. Sampai-sampai kaum yang batil pun memperoleh kekuatan karena mereka menampakkan ketulusan dan keikhlasan dalam hal kebatilan.

Ya, pengabdian kita di jalan iman dan al-Qur’an menjadi bukti bahwa kekuatan terletak pada kebenaran dan keikhlasan. Sedikit keikhlasan yang ada pada pengabdian tersebut membuktikan pernyataan di atas. Sebab, pengabdian di jalan agama dan ilmu yang dilakukan selama lebih dari dua puluh tahun di kotaku (Van) dan di Istanbul, bisa dilakukan di sini (Barla) bersama kalian dengan seratus kali lebih banyak dalam kurun waktu delapan tahun. Padahal, orang-orang yang membantuku di sana jumlahnya seratus kali, bahkan seribu kali, lebih banyak daripada di sini. Pengabdian yang dilakukan di sini selama delapan tahun dalam kondisi di mana aku sendirian, terasing, setengah ummi, serta di bawah pengawasan dan tekanan para petugas yang zalim, alhamdulillah telah memberikan kekuatan maknawi yang membuahkan taufik dan kesuksesan seratus kali lipat dari yang sebelumnya. Aku sangat yakin bahwa kesuksesan tersebut semata-mata berasal dari keikhlasan kalian.

Aku mengakui bahwa kalian telah menyelamatkanku dengan keikhlasan kalian yang tulus dari sifat riya yang merupakan penyakit berbahaya yang merayu nafsu manusia di bawah bayang-bayang popularitas dan reputasi. Semoga Allah melimpahkan taufik kepada kalian semua untuk bisa meraih keikhlasan yang sempurna, dan aku berharap kalian menyertakanku bersama kalian dalam keikhlasan tersebut.

Buku  Al-Lama'at, Karya Ulama Turki Said Nursi, hlm 307-310. Pembahasan Berlanjut...

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.